PRINSIP MENGAJAR ANAK MEMBACA SEJAK BALITA

Posted by Ra An Naja 29 Agustus 2010 0 comments
Apakah yang anda rasakan ketika anda melihat seorang anak umur 1 tahun dapat mengerti arti sebuah kata yang diberikan kepadanya? Sekalipun ia belum dapat mengucapkan kata tersebut, namun ia mampu memahami dan menunjukkan arti kata yang dimaksud oleh kita?
Apakah yang anda pikirkan ketika anda menyaksikan seorang anak berumur 2 tahun dapat membaca kata demi kata yang diberikan kepadanya? Apakah yang anda ingin ketahui ketika anda menyaksikan seorang anak berumur 3 tahun mampu membuat dan membaca kalimat sederhana melalui keyboard komputer ataupun papan ketik handphone? Hanya anda yang bisa menjawab. Kita tahu bahwa otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Keduanya terbelah persis di tengah kepala, dari depan ke belakang.

Saya juga tahu, bahwa otak manusia itu memiliki 1 triliun sel otak, yang terdiri dari 100 milyar sel aktif, dan 900 milyar sel yang menghubungkannya. Selain itu manusia juga memiliki Multiple Intelengence, bakat dan minat serta talenta. Perlu diketahui bahwa anak-anak bisa dilatih belajar membaca sejak usia satu tahun.
Berikut beberapa prinsip yang mungkin dapat dipakai oleh orangtua untuk melatih anaknya membaca di usia balita. Beberapa prinsip tersebut adalah :



1. Pahamilah bahwa anak adalah anak.
Sebagai orangtua di jaman ini, saya percaya kita semua ingin anak kita berkembang dengan baik, bahkan kalau bisa bukan hanya baik, tetapi sempurna. Itulah sebabnya, ada begitu banyak orangtua yang berusaha memaksimalkan waktu dan "memaksakan" anak untuk belajar sebanyak-banyaknya hal ketika mereka anak-anak. Kebanyakan orangtua sudah merencanakan begitu banyak aktivitas belajar bagi anaknya. Misalnya sejak kelas TK, orangtua sudah memberikan les musik, les melukis, les menulis bahkan ada yang mengharuskan anaknya mengikuti les matematika ketika mereka pulang sekolah. Tentu dapat kita bayangkan, betapa "sibuk"nya anak kita, bahkan lebih sibuk dari orangtuanya, dan jangan lupa, betapa lelahnya mereka setiap hari dengan kondisi demikian.
Pulang les sudah melewati waktu makan malam, dan dengan keadaan badan yang letih, ia harus tidur supaya besok pagi dapat bangun untuk pergi ke sekolah. Bayangkanlah kondisi anak yang demikian selama bertahun-tahun. Betapa sengsaranya hidup yang demikian. Dengan kondisi demikian membuat anak-anak stress sehingga bukan semangat dan prestasi yang diperoleh, namun justru penurunan semangat belajar dan kehilangan tenaga untuk mampu menangkap pelajaran di kelas dengan baik,dan ada kasus tertentu seorang anak justru menjadi benci kepada pelajaran. Situasi yang tidak mendukung anak ini sering terjadi di beberapa sekolah. Bercermin kepada hal ini, dan berdasarkan akibat buruk di masa depan, maka orangtua harus menyadari bahwa anak kita tetaplah seorang anak. Artinya, sebagai orangtua, kita musti menyadari bahwa anak kita itu terbatas, ia belum memiliki tenaga dan kekuatan seperti orang dewasa. Ia memerlukan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan dirinya terhadap sesuatu dan ia adalah pribadi yang memerlukan kehidupannya sebagai seorang anak kecil, bermain,berimajinasi dan melakukan aktivitas yang ia suka serta menikmati waktu pribadinya.
Saya berpendapat bahwa anak haruslah menikmati waktunya sebagai seorang anak. Itulah sebabnya, kita harus berusaha tetap memperlakukan ia sebagai seorang anak. Sekalipun ia harus belajar menulis dan membaca, kita tetap memberikan pelajaran "dalam porsi dan cara" sebagai seorang anak balita. Keseimbangan proses pembelajaran dan kebutuhannya bermain, menonton film anak-anak, waktu tidur sebagai seorang anak menjadi prioritas bagi kami. Kita tahu bahwa yang terbaik bagi anak kita adalah tetap melihat dan memperlakukan ia sebagai anak-anak.

2. Gunakan metode belajar sambil bermain.
Prinsip kedua ini merupakan lanjutan pemahaman dari prinsip pertama yaitu kembali kita mengingat bahwa anak balita kita adalah seorang anak-anak. Ia memiliki kondisi fisik dan perasaan dalam keadaan sebagai anak-anak. Sehingga ketika kita mengajar ia membaca ataupun proses belajar yang lain, gunakanlah metode belajar sambil bermain. Dalam proses pembelajaran, orangtua harus kreatif dalam cara penyampaian materi sehingga tercapai kompetensi atau tujuan pembelajaran tersebut. Di sini, orangtua dituntut mampu berinteraksi dan mengajar dengan metode bermain yang bersifat edukatif dan aman bagi anak. Misalnya, topik pembelajaran tentang binatang. Tujuan yang ingin kita capai adalah anak kita mengerti jenis-jenis binatang dan mampu membedakan suara binatang. Maka sebagai pengajar, kita dapat menggunakan metode "bermain peran". Orangtua dapat menirukan suara binatang tertentu, dan menyuruh anak untuk menebak ataupun ikut menirukan suara binatang tersebut. Jikalau orangtua dapat memainkan peran tersebut dengan baik, saya percaya anak kita pasti menyukai waktu dan proses belajar. Dalam prinsip ini, kita juga harus ingat satu hal yaitu ciptakanlah suasana belajar yang santai dan menyenangkan. Jikalau suasana tegang dan serius, anak kita akan ternganggu perasaan, mental dan pikirannya.

3. Jangan paksakan kehendak kita.
Ada kalanya anak kita tidak mau belajar. Ada waktu-waktu tertentu ia menolak untuk membaca dan belajar. Kita sebagai orangtua merasa bahwa tindakan paling tepat di saat itu adalah "biarkan" dia dengan keinginannya. Setiap kali ketika waktu belajar tiba, kita bisa menanyakan kepadanya apakah mau membaca atau belajar? Biasakan anak untuk mengambil keputusan sejak kecil. Kita setuju bahwa belum tentu ia dapat mengambil keputusan yang tepat, namun jiwa dan mental "berani" mengambil keputusan jauh lebih penting dari pada keputusan itu tepat atau tidak. Bila waktu belajar tiba dan ia menolak untuk belajar, maka kami tidak akan memaksakan kehendak kita. Kita bisa mencoba memberikan ia tanggung jawab terhadap dirinya, dengan sikap yang demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa ia mengerti, belajar adalah sebuah keuntungan baginya, karena dengan demikian ia akan menjadi tahu banyak hal.

Di atas semua hal tentang mengajar anak membaca atau menulis, satu hal yang jauh lebih penting adalah ingatlah bahwa tujuan kita mengajar anak membaca dan menulis, ataupun aktivitas belajar yang lain, bukan semata-mata untuk mengejar prestasi dan meningkatkan kemampuan anak, namun prioritas utama adalah untuk menciptakan hubungan yang semakin dekat, semakin dalam dan semakin baik dengan anak kita. Kejarlah kedalaman kasih dan relasi antara orangtua dengan anak, bukan prestasi spektakuler yang didasarkan kepada keinginan orangtua. Janganlah menjadikan anak sebagai alat pencapaian cita-cita kita yang tidak teraih di masa lalu.

Sumber :www.peterlauseminar.com/2010/01/prinsip-mengajar-anak-membaca-sejak.html


Tulisan terkait :
1. Prinsip Mengajar Anak Sejak Balita
2. Cara Mendidik Anak Gemar Membaca 
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: PRINSIP MENGAJAR ANAK MEMBACA SEJAK BALITA
Ditulis oleh Ra An Naja
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://annajabanyuasin.blogspot.com/2010/08/prinsip-mengajar-anak-membaca-sejak.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Posting Komentar

Redesigned by Info Terbaru Original by Bamz | Copyright of an naja banyuasin. Untuk SEO lebih lanjut kunjungi Trik SEO terbaru.